Situasi 1: Di dalam kelas
Narator: Cerita ini dimulai dari percakapan singkat antara Tono dan Panjul. Sebagai gambaran, Panjul dan Tono merupakan orang yang memiliki sifat negatif dan berperilaku arogan di kelasnya, dan sebaliknya Hasan dan Rizki memiliki sifat baik namun mereka di mata Panjul dan Tono adalah orang yang paling enak untuk dipalakin, dipukul dan sebagainya. Oleh karena itu mari kita mulai saja ceritanya.
Tono: Jul, rencana kita malakin Hasan ama Rizki jadi nggak? Kan kebetulan si Rizki kemarin ulang tahun bos.
Panjul: Ya jadi lah, kalau bukan gue ya pasti itu rencana nggak jadi. Kalau ntar siang habis istirahat boleh tuh kayaknya.
Tono: Iya kayaknya boleh tuh malakinnya habis istirahat. Ton, kata lo enakan malakinnya 10 ribu atau 100 ribu?
Panjul: Terserah lo deh gimana tuh malakinnya. Eh jangan lupa duit habis palakannya harus begini. 60 persen buat gue 40 persen buat lo. Kan pengawas harus dapet lebih
Tono: Ah terserah lu deh maunya gimana deh. By the way kayaknya enak tuh nyembunyiin tempat pensilnya Rizki, bagaimana?
Panjul: Boleh-boleh kok.
(Singkat cerita Rizki kembali dari toilet)
Rizki: Waduh, tempat pensil gue kemana iitu, mana didalamnya ada pulpen mahal. Mereknya Mont Blanc lagi. Bisa berabe aku ini, Hasan lo tau tempat pensilku dimana?
Hasan: Aku tak tahu dimana, Riz. Mungkin di tas mu kali. Coba saja
Rizki: Nggak mungkin itu di tas gue, orang jelas-jelas tadi gue naronya diatas meja.
Hasan: Coba lagi check di tas lo
(Akhirnya di check)
Rizki: Nggak ada tuh di tas gue, wah kayaknya nih ada nyembunyiin tempat pensil gue tuh
Hasan: Siapa?
Rizki: Nggak tau lah siapa, emang dikira gue dukun apa. Eh apa mendingan kita ngerjain tugasnya Bu Hanan aja yang eksposisi.
Hasan: Boleh tuh, eh ngomong-ngomong kok pulpen gue hilang ya? Perasaan tadi pas gue lagi ngobrol ama lo itu pulpen masih ada. Kok nggak ada ya?
Rizki, Hasan: Kita dapet nasib sial apa ini? (Sambil menangis)
Situasi 2: Di kantin
Narator: Pemalakan yang sudah direncanakan itu akhirnya dimulai juga
Rizki: (Nyanyi Bukan Superstar) Eh kita enaknya beli apaan nih?
Hasan: Mi ayam boleh kok Riz, lo nggak nyoba makanan di kantin sebelahnya aja tuh? Enak lho padahal
(Tiba-tiba Panjul dan Tono muncul)
Tono: Eh sini gue butuh duit nih. Daripada lo gue pukul ntar mendingan ngasih deh
Panjul: Betul tuh, seharusnya lo jangan pernah lewat daerah kekuasaan kita kalo lo nggak pengen kayak gini
Tono: Ayo serahkan uangnya
Rizki: Kasihanilah gue Ton, gue nggak ada duit buat pulang kalo ceritanya kayak gini
Hasan: Kasihanilah si Rizki, lo nggak tau apa penderitaan dia itu selama ini
Tono: Gimana nih bos?
Panjul: Ya harus jadi lah, kalo nggak itu namanya bukan laki. Laki itu pantang menyerah sob apalagi buat kayak begini
Tono: Ayo, serahkan uang kalian, kalo nggak nanti bakalan ada apa-apa sama kalian
(Secara sukarela akhirnya Hasan dan Tono menyerahkan uangnya kepada Panjul dan Rizki)
Situasi 3: Warung belakang sekolah
Narator: Suatu saat Tono dan Hasan mengobrol di warung belakang sekolah. Tono menceritakan penderitaannya kepada Hasan selama berteman dengan Panjul.
Tono: Hasan, gue boleh jujur ama lo nggak?
Hasan: Boleh kok, emang kenapa?
Tono: Sebenarnya gue nggak tahan berteman ama Panjul
Hasan: Loh? Kok gitu sih? Ceritain dong…
Tono: Jadi gini san, eh bentar ada telepon dari pacar gue, Sheilla. Penting banget nih soalnya
Hasan: Oke deh gue tunggu. Nggak pake lama
Tono: Siip bro
(Singkat cerita percakapan Tono dengan Sheilla sudah selesai)
Hasan: Ton, katanya lo mau cerita ke gue soal si Panjul
Tono: Jadi gini san, sebenarnya gue ama dia agak-agak slek semenjak gue ngerebut gebetannya dia, Sheilla. Kalo lo nggak kenal Sheilla itu mustahil kan dia bestfriendnya Hanan sama Tyas anak kelas kita.
Hasan: Lo jadi sebenarnya udah slek lama ya ama dia?
Tono: Iya begitulah, mana sekarang semenjak Panjul jadian ama Puput ya sikap ngebossynya makin keliatan sob.
Hasan: Emang lo diapain aja ama dia?
Tono: Lo inget nggak pas pesta Hanan lagi ultah itu?
Hasan: Oooh yang kata lo dijadiin babu kebersihan ya ama Panjul?
Tono: Iya, sebenarnya gue agak kesel semenjak kejadian itu, tapi ya gue pura-pura diem aja sampai sekarang ini
Hasan: Lo mau gabung ama kelompok gue nggak kalo lo ngerasa gitu?
Tono: Gue nggak perlu gabung ama kelompok lo, gue udah ada cara bagaimana cara menghancurkan kehidupan dia kok
Hasan: Bagaimana caranya?
Tono: Tenang aja, gue rahasiakan dulu.
Situasi 3: Pojok kelas
Tono: Eh Panjul, kemarin ada PR nggak atau gimana?
Panjul: Nggak kok, emang kenapa?
Tono: Nggak apa-apa kok, eh gue pindah ke depan ya
Panjul: Oke deh
(Singkat cerita beberapa bulan Panjul hanya sendiri duduk dan Panjul merasa kesepian karena itu. Nilai Panjul menjadi jelek. Suatu saat, terdengar kabar bahwa bapaknya Panjul yang membuat keluarga Rizki menjadi miskin)
Tono: eh Riz, lo tau nggak siapa yang bikin keluarga lo miskin?
Rizki: Siapa?
Tono: Panjul, kan keluarga lo jadi miskin gara-gara utang ama bapaknya dia kan? Coba lo inget-inget lagi deh.
Rizki: Itu beneran gitu?
Tono: Iya, kan bapaknya Panjul kebetulan rentenir. Udah banyak orang tua muriddi sekolah kita yang berhadapan dengan dia. Modusnya sih ngakunya pinjeman dengan BPKP gitu sih, tapi bunganya itu katanya tinggi banget. Bapak lo pernah minjem kesana ya?
Rizki: Perusahaannya namanya Paijo Corp deh kalo nggak salah ton. Mereka nyita asset rumah gue semua tuh pas lagi gue di sekolah
Tono: Yaudah, intinya jangan pernah temenan ama dia lagi deh kalo gitu
Rizki: Iya
(Gossip itu terdengar ke seluruh penjuru sekolah, sampai kabar itu akhirnya terdengar di telinga Panjul. Panjul akhirnya dijauhi oleh seluruh penjuru sekolah)
Situasi 4: Ruang sosiologi
Narator: Pelajaran sosiologi dimulai. Anak-anak sudah siap mengerjakan ulangan terkecuali Panjul yang belum belajar karena dia kemarin malam baru pulang dari party teman se-gengnya.
Panjul sangat tidak siap saat itu sehingga hal yang buruk terjadi kepada dia
Pak Guru: Anak-anak, hari ini adalah ulangan sosiologi tentang penyimpangan social, siapkan kertas ulangan dan jangan lupa PR essay minggu lalu sebagai syarat ulangan
(Semua orang di kelas itu membawanya terkecuali Panjul)
Pak Guru: Panjul, kenapa kamu tidak membawa pr yang bapak tugaskan minggu lalu?
Panjul: Anu..Anu pak, kertas saya kena tumpahan kopi bapak saya tadi pagi. Dan tadi pagi saya ketinggalan uang buat beli kertas
Hasan, Rizki: Alah ngakunya orang kaya, ganti kertas aja nggak mampu. Uang di dompetnya 1 juta ada kan?
Tono: Iya tuh, ada kan 1 juta di dalem kantongnya
Pak Guru: Udah kamu keluar sana, untuk ulangan ini nilai kamu 0. Nggak ada remedial dan jangan pernah ulangi lagi
Panjul: Iya pak saya tidak ulangi lagi.
(Singkat cerita, di minggu selanjutnya Pak Guru menjelaskan tentang pengendalian social. Ada suatu pembahasan yang membuat Panjul sadar akan kesalahan dia selama hidupnya)
Pak Guru: Jadi, pengendalian social itu ada yang bersifat preventif dan ada juga yang bersifat represif. Panjul, coba jelaskan apa itu pengendalian represif
Hasan: Ah paling jawabnya ngaco
Panjul: Pengendalian represif yang besrifat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar ya?
Pak Guru: Kamu ini kok jawabannya ngaco, yang bener itu represif itu pengendalian yang bertujuan untuk memulihkan seseorang dari kesalahannya. Tono, kamu bisa jelaskan bagaimana contoh pengendalian preventif kayak gimana?
Tono: Misal murid di beri imbalan gitu bukan kalo dia menaati peraturan yang ada?
Pak Guru: Iya seperti itu lah. Yang pasti gini, pengendalian social sangatlah penting agar keteraturan social bisa terwujud sedemikian rupa. Demikian hal yang bapak bisa sampaikan kepada kalian. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Situasi 5: Kelas dibubarkan
Narator: Seketika itu juga akhirnya kelas sosiologi sudah selesai. Hasan, Rizki dan Tono kemudian istirahat ke kantin tanpa mengajak Panjul. Kondisi itu sudah terjadi sekian lama. Saat itu di kelas hanyalah Panjul sendiri. Icut dan Acel yang biasanya selalu istirahat di kelas juga tidak ada karena mereka lupa bawa bekal dari rumah. Panjul kemudian sejenak merenung terhadap kesalahannya
Panjul: Kenapa ya sekarang semua orang udah pada ngejauhin gue? Apakah sikap gue yang terlalu arogan ini yang membuat gue dijauhin oleh banyak orang. Ataukah kenapa? (Sambil sedih)
Narator: Beberapa menit kemudian, teman yang sudah beli ke kantin kembali ke tempat duduk masing-masing. Di kelas itu semuanya sudah makan, terkecuali Panjul. Panjul biasanya suka merebut makanan dari orang lain namun pada saat ini dia tidak mungkin melakukan hal itu karena tak seorangpun yang membawa makanan dari kantin.
(Tiba-tiba Panjul meminta maaf kepada sekelas)
Panjul: saya minta maaf kepada kalian semua bila saya ada salah selama ini. Saya tahu dampak apa yang saya terima saat ini dan saya akan bertanggung jawab bila kalian mendapat suatu bencana karena saya
Hasan: Alah jangan alesan aja lo, lo udah buat banyak orang kecewa dengan perilaku lo yang sok mengatur dan arogan itu
Tono: Iya, lo kayaknya udah telat untuk berubah. Sana ke laut aja lo kalo gitu
Rizki: Lo udah buat keluarga gue jadi miskin, lo harus tanggung jawab atas keluarga gue
Panjul: Iya-iya gue akan tanggung jawab atas hutang lo, Riz. Teman berikan satu kesempatan lagi buat gue untuk berubah
Hasan, Tono: Tidak mungkin kayaknya buat lo untuk berubah. Citra lo udah buruk disini
Panjul: Gue akan lakukan semua agar lo semua memaafkan gue
Narator: Pada akhir cerita, Panjul akhirnya dimaafkan oleh teman-temannya dengan syarat mereka harus membebaskan hutang orang tua mereka kepada bapaknya dan membayari seluruh teman sekolahnya selama 1 bulan penuh. Inti dari cerita ini adalah pengendalian social sangatlah penting agar keteraturan social bisa tercipta sedemikian rupa. Panjul disini adalah contoh orang yang menerima pengendalian secara represif agar ia berubah.
Hasan: Demikian cerita dari kelompok kami
Rizki: Mohon maaf atas kesalahan yang ada dalam drama ini
Semua: Akhir kata, kelompok kami mengucapkan Terima kasih
(Menundukan kepala)
No comments:
Post a Comment